Minggu, 10 Mei 2015

Analisis Tiga tingkatan John Fiske Pada Iklan “Garnier Sakura White Night”

Nama Kelompok :                                                                                                                                                                           Arief Surya W.                         125120201111054
                                    Hilarius Luahta                         125120218113027
                                    Muhammad Nur Irfan               125120218113026
                                    Prayoga Kusuma W.                 125120207111009

Analisis Tiga tingkatan John Fiske Pada Iklan “Garnier Sakura White Night”
Tiga tingkat analisis yang diungkapkan oleh John Fiske, yaitu:
1.      Level Realitas (appearances): dalam bahasa tulis seperti dokumen, wawancara, transkrip, dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi seperti pakaian,makeup, perilaku, gerak‐gerik, ucapan,  ekspresi, suara.
2.      Level Representasi: elemen‐elemen dalam level ini  ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik,dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi seperti kamera, tata cahaya, editing, musik, dan sebagainya. Peneliti mengamati proses pencahayaan, posisi kamera (angle), dan musik yang membentuk representasi‐representasi,sebagai contoh: karakter, dll.
3.       Level Ideologi: semua elemen diorganisasikan dalam koherensi (coherence) dan kode ‐kode ideologi, seperti: individualisme, ras, patriarki, kelas, materialisme, dan sebagainya.


  







1.      Kecantikan pada Level Realitas
Secara Keseluruhan Kostum dan Make Up merupakan simbol kecantikan  yang berkaitan dengan kemudahaan, keanggunan, dan kebersihan. Unsur kecantikan jelas terlihat dari make up model karena kealamiahaannya menimbulkan kesan kulit putih bersih dan sehat (tidak ada jerawat). Melalui kostum dan make up yang putih, iklan dan produk mendorong stigma bahwa kulit yang indah dan kecantikan seseorang dinilai dari warna kulitnya, yaiu putih. Kulit putih juga terkesan mewah karena kulit putih dikaitkan dengan ras Kaukasia yang dimedia dijadikan sebagai patokan kecantikan Ideal. Kecantikan ideal seringkali ditekankan pada individu perempuan. Hal itu ditunjukkan pula pada iklan Garnier Sakura White Night. Gerak tubuh yang lemah lembut, anggun dan dan muka yang cantik serta bersih.

2.      Kecantikan Pada Level Represntasi
Teknik Kamera ( Close-Up) digunakan untuk memberikan penekanan pada produk. Teknik kamera juga memunculkan simbol-simbol kecantikan, dalam hal ini wajah dan kulit yang putih dan perilaku yang tampak feminim dari perilaku model. Kamera yang banyak menampilkan sisi samping wajah menguatkan kecantikan wajah yang ideal selama ini ditampilkan media, yaitu bentuk wajah simetri,pipi langsing hidung mancung dan kulit putih.  Wajah putih yang bersih dan halus sebagai hasil dari penggunaan produk alami adalah definisi kecantikan ideal yang tampak dari kode teknis iklan.

3.      Kecantikan dalam level Ideologi yaitu kapitalisme.
Kuit Ideal dengan kecantikan adalah kulit putih. Model iklan melakukkan banyak bahasa nonverbal seperti tatapan mata dan gerakan tangan yang enjadi indeks dari gerak tubuh perempuan. Kecantikan disini menimbulkan  pemaknaan kecantikan berkaitan dengan perempuan, feminitas adalah salah satu unsur yang menjadi indeks jati diri perempuan.  Feminitas pada konteks iklan Garnier Sakura White Night terdiri dari keanggunan,kelemahlembutan dan kealamian.  Kecantikan ideal yang mengacu pada negara-negara barat dan Ras Kaukasia diidealkan melalui media massa dan produk kecantikan yang mendukungnya. Para produsen dengan jeli menangkap fenomena tersebut dan menjadikannya kualitas utama dalam menjual produknya. Kebanyakan produk kecantikan yang dijual di Indonesia adalah produk yang bisa menjadikan kulit lebih terang. Kapitalisme menciptakan citra positih “putih” dan menjadikannya sebagai komoditas jualan, kemudia menciptakan produk-produk kecantikan yang akan semakin memperkuat citra tersebut.