Nama
Kelompok : Arief
Surya W. 125120201111054
Hilarius
Luahta 125120218113027
Muhammad Nur Irfan 125120218113026
Prayoga
Kusuma W. 125120207111009
Analisis
Tiga tingkatan John Fiske Pada Iklan “Garnier Sakura White Night”
Tiga
tingkat analisis yang diungkapkan oleh John Fiske, yaitu:
1.
Level Realitas (appearances): dalam bahasa tulis
seperti dokumen, wawancara, transkrip, dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi
seperti pakaian,makeup, perilaku, gerak‐gerik, ucapan, ekspresi, suara.
2.
Level Representasi: elemen‐elemen dalam level
ini ditandakan secara teknis. Dalam
bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik,dan sebagainya.
Sedangkan dalam televisi seperti kamera, tata cahaya, editing, musik, dan
sebagainya. Peneliti mengamati proses pencahayaan, posisi kamera (angle), dan
musik yang membentuk representasi‐representasi,sebagai contoh: karakter, dll.
3.
Level
Ideologi: semua elemen diorganisasikan dalam koherensi (coherence) dan kode
‐kode ideologi, seperti: individualisme, ras, patriarki, kelas, materialisme,
dan sebagainya.
1.
Kecantikan
pada Level Realitas
Secara Keseluruhan Kostum dan Make Up merupakan simbol kecantikan yang berkaitan dengan kemudahaan, keanggunan,
dan kebersihan. Unsur kecantikan jelas terlihat dari make up model karena
kealamiahaannya menimbulkan kesan kulit putih bersih dan sehat (tidak ada
jerawat). Melalui kostum dan make up yang putih, iklan dan produk mendorong
stigma bahwa kulit yang indah dan kecantikan seseorang dinilai dari warna
kulitnya, yaiu putih. Kulit putih juga terkesan mewah karena kulit putih
dikaitkan dengan ras Kaukasia yang dimedia dijadikan sebagai patokan kecantikan
Ideal. Kecantikan ideal seringkali ditekankan pada individu perempuan. Hal itu
ditunjukkan pula pada iklan Garnier
Sakura White Night. Gerak tubuh yang lemah lembut, anggun dan dan muka yang
cantik serta bersih.
2. Kecantikan Pada Level Represntasi
Teknik Kamera ( Close-Up) digunakan untuk
memberikan penekanan pada produk. Teknik kamera juga memunculkan simbol-simbol
kecantikan, dalam hal ini wajah dan kulit yang putih dan perilaku yang tampak
feminim dari perilaku model. Kamera yang banyak menampilkan sisi samping wajah
menguatkan kecantikan wajah yang ideal selama ini ditampilkan media, yaitu
bentuk wajah simetri,pipi langsing hidung mancung dan kulit putih. Wajah putih yang bersih dan halus sebagai
hasil dari penggunaan produk alami adalah definisi kecantikan ideal yang tampak
dari kode teknis iklan.
3.
Kecantikan dalam level Ideologi yaitu
kapitalisme.
Kuit Ideal dengan kecantikan adalah kulit putih.
Model iklan melakukkan banyak bahasa nonverbal seperti tatapan mata dan gerakan
tangan yang enjadi indeks dari gerak tubuh perempuan. Kecantikan disini
menimbulkan pemaknaan kecantikan
berkaitan dengan perempuan, feminitas adalah salah satu unsur yang menjadi
indeks jati diri perempuan. Feminitas
pada konteks iklan Garnier Sakura White
Night terdiri dari keanggunan,kelemahlembutan dan kealamian. Kecantikan ideal yang mengacu pada
negara-negara barat dan Ras Kaukasia diidealkan melalui media massa dan produk
kecantikan yang mendukungnya. Para produsen dengan jeli menangkap fenomena
tersebut dan menjadikannya kualitas utama dalam menjual produknya. Kebanyakan
produk kecantikan yang dijual di Indonesia adalah produk yang bisa menjadikan
kulit lebih terang. Kapitalisme menciptakan citra positih “putih” dan
menjadikannya sebagai komoditas jualan, kemudia menciptakan produk-produk
kecantikan yang akan semakin memperkuat citra tersebut.